Love my days, give thanks everyday, and struggle to survive. Love would be beautiful, in the eyes of a simple one. Try not to think too completely confusing.
Senin, 24 Oktober 2011
dosakah? atau dos-a dosaqua?
Sore ini kelas berakhir seperti biasa. Kesibukan yang lalu lalang dengan lewatnya waktu, semua berakhir begitu saja.
Setelah menutup pintu kantor, dua murit yang sudah lama 'bertengger' di sekolah kami, mengayunkan tangan seraya mengajak saya dari cafe seberang.
Tak lama, setelah memesan makanan, itu pun saya dapet gretongan. Xixixixixixixi. Tx D-I. Saya bercerita cukup detail tentang pengalaman saya yang masih saya ingat tentang... waaa. Namanya juga cewek. Ngga ngobral ngobrol ngga saya namanya.
Saya pulang menenteng sebuah kantong plastik berisi sup krim berlapis roti yang masih hott. Panas Bok!!
Ditengah kericuhan mengurusi 'ternak' dan mandi malam, saya teringat kata kata wejangan. Wejangan yang saya dapat bisa dari mana saja. Ada yang dari oknum peribadahan, ada yang dari teman teman yang mungkinbisa kontroversi bahkan bisa jadi konspirasi. Betapa sejak saya tahu nilai sebuah uang, ortu saya langsung mengajarkan, bahwa begitu bernilainya uang itu, maka sulit didapatnya uang itu. Keadaan mengkondisikan, bahwa saya ngga mungkin mendapatkan segala sesuatu yang bernilai dengan tangan hampa. Semakin bernilainya sesuatu maka semakin tinggi nilainya maka semakin sulit didapat.
Kepolosan saja tidak memadai untuk mendapatkan hal yang berharga. Semua di muka bumi ini ada nilainya. Saya teringat ketika saya mulai menginginkan sesuatu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah. Saya iri sekali melihat seorang anak mengendarai speda. Saya juga menginginkan speda seperti anak itu. Sayangnya, lagi lagi orang tua saya ingin mengajarkan saya sesuatu.
Ya kamu bisa mendapatkan sepeda, bahkan mungkin lebih baik kondisinya dari sepeda anak itu, tapi dengan syarat. Waktu itu saya seorang anak kecil yang lumayan BODOH. Alias, sirik itu masih terpendam, belum mengenal KASIH yang sesungguhnya. Belum mengenal WELAS ASIH yang sesungguhnya. Belum mengenal banyak hal. Alibinya adalah, saya masih anak kecil yang 'ngiler' dan 'mupeng' abis ngeliat *peers* nya punya sepeda.
Ndilalah, syarat yang diberikan ibu saya dan ayah saya, adalah, saya harus rangking 1 dulu di sekolah. Baru dibelikan hadiah sepeda.
Setahun berlalu, dan saya sampai akhirnya mengendarai sepeda Roland, warna hitam yang kemudian ditambahi embel embel du roda samping.
Saya sampai sekarang masih merema dalam hidup saya. Kalau saya mau, sungguh sungguh, dan tekun, apa sih yang ngga bisa saya dapatkan. Yah memang, semuanya bergantung sama yang diatas. Kalau yang diatas berkata ya, belum tentu kita dapetin angin. Heheheh. Kalau kita dapet angin pun, belum tentu angin itu angin kentut. Yaa, sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan. Ngga ada yang gratis. Semua harus ada jerih payahnya. Semua ada tujuannya. Ketika kita dewasa, semakin banyak yang kita inginkan. Semakin banyak kebutuhan kita. Dan yang kita kerjakan juga, waaa bertumpuk. Itupun kalau memang kita mau meraih cita cita. Ngga ada hujan uang. Yah, kalau saya menciptakan sendiri, alias ketika tanggal gajian datang, dan saya menebar uang di kamar saya, itu lain halnya. Tapi yang saya maksud, semakin dewasa, kita semakin tahu, akan nilai sesuatu. Sebagaimana kita menginginkan, dan sepatuh apa kita pada diri sendiri agar cita cita kita tercapai.
Penah, dikelas saya, saya menjelaskan demikian. Mungkin kita akan menginginkan untuk mencapai nilai 10. Tapi yang bisa kita raih hanya sampai nilai 6. Sudah yang terbaik Miss, yang aku kerjakan. Tapi beberapa tahun kemudian, karena kita udah enjoy dengan kehidupan dan pekerjaan. Yah, nilai 6 itu bahkan berubah drastis menjadi 13, atau bahkan 20. Bukan nilai atau cost dalam nilai ulangan yang saya maksud. Tapi, nilai atau besaran tentang harga sebuah kehidupan. Yang saya maksud adalah nilai prestasi pribadi. Bahwa kalau kita bawa enjoy, bawa senang, bawa gembira. Tentunya nilai itu akan semakin menjulang tinggi tanpa kita rasakan.
Satu hal lagi. Ketika saya mengajarkan kepada orang lain, saya menambah ilmu, saya menjadi motivator bagi murit saya, misalnya, tapi sesungguhnya, saya memotivasi semangat saya sendiri. Terlebih dari memotivasi murit saya. Heheheeh. Karena saya akan pegang yang saya keluarkan dari mulut. Lhah. Gimana enggak. Berapa orang yang mendengar saya. Apa mereka akan diam begitu saja? Mereka mendengar, dan akan menyambungkan ke orang lain. Eh Miss ku bilang gini loh. Eh Miss ku bilang gitu loh. Nah. Gimana? Bennar kan?
Btw, saya enjoy dengan kesibukan saya. Dan dengan banyaknya beban yang saya panggul, saya menjadi SESEORANG!! Yah, banyak yang telah saya katakan, banyak pula yang sudah saya lakukan. Semoga bermanfaat.
Kata *pepetah* lakukan saja, jerih payahmu tidak sia sia. Tapi seberapa yang telah kamu terima? Pelajaran apa yang telah kamu dapatkan? Lakukan dengan tekun, catatlah kalau bisa, bijaksanalah, dan masih banyak kata kata klise yang pastinya pernah kamu dengar. Percaya deh. Tuhan yang ditempat tersembunyi melihat.
Tapi ngomong ngomong, sama judul diatas, saya tuh mau cerita, saya kangenin pria di masa lalu, dan nyuri poto aplotan dia dari pesbuknya, dan sudah saya jadikan wallpaper tablet saya. Ganti ganti pulak karena seringnya mengunjungi pesbuk dia. Xixixixixi. Mestinya gimana yah? Rahasia perjalanan hubungan kami sih sudah diketahui beberapa pihak. Tapi kami belum menemukan jalan keluar.
Lagi lagi. Kalo gag ada yang gretongan. Saya dosa gag sama murit saya dan terutama sama ya potonya saya kopi. Hihihi. Hakimilah saya. Ahahahahahahahahahha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar