Bagi saya, akhir akhir ini, bukan ketika di tempat kerja yang sesungguhnya saja. Minggu, walaupun libur, saya ngga ongkang kaki dan goyang sandal saja. Sepulang ibadah pagi, saya membiasakan diri ke pasar terdekat, untuk berbelanja kebutuhan makan seminggu kedepan. Seperti lauk pauk mentah berikut bumbu yang nantinya akan diolah. Sebenarnya, hal yang simpel adalah, saya sedang dalam pengiritan yang luar biasa. Membengkaknya sang Tazmania Koneng di dompet adalah penyebab utamanya. Lha. Penghasilan seseorang abdi seperti saya ini, mana cukup sih mengongkosi sang segawon ajaib itu. Ndilalah, yah ini yang harus saya lakukan.
Ketelatenan seseorang yang sedang dalam proses, bisa membuat saya menjadi mawas diri, tekun, dan tunduk pada peraturan yang sudah saya buat sendiri. Saya abdi, guru pulak. Jalan keluarnya ya mengikat pinggang serampingnya. Namun tetap pada koridor yang baik. Memberi contoh untuk hidup bijaksana, dan mengajarkan ketekunan.
Sauh itu lambang pengharapan. Jadi, tanpa sauh, sebuah kapal dapat 'ucul' dengan mudahnya, bahkan entah terbawa arus yang tidak benar.
Yang benar ditiru, yang salah dibuang. Tekun. Fokus. Dewasa. Bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar