Love my days, give thanks everyday, and struggle to survive. Love would be beautiful, in the eyes of a simple one. Try not to think too completely confusing.
Rabu, 18 April 2012
setia BIN hidup normal
Sbenernya yang bisa diartikan dari kata setia adalah seiya sekata. Halah opo mosok iyo. Begini. Berawal dari mempelajari kesetiaan istri seorang pelaut yang harus ditinggal suaminya karena tuntutan pekerjaan. Alhasil dengan jarak dan jangka waktu yang panjang, ketika mereka dipisahkan, apakah kata setia tersebut tadi bisa diulang dengan keadaan yang seperti ini?? Itu kan ngga seiya sekata lagi namanya. Mosok iyo, ketika sang suami yang nota bene pelaut, ujug-ujug melu-melu ngambil keputusandan JEBREEETTT, okay, aku setuju sama kamu. Halllaaaah, yo ngga mesti kayak gitu. Kenyataannya saja, apa yang terjadi ketika kita sendiri bukan dalam perikop ruang pacaran. Tetapi yang lebih sedikit lunak, yaitu persahabatan. Bagaimana??? Ada sebuah pemeo, begini, sepatu itu pastinya sepasang. Ngga lebih dari dua buah, dan ngga kurang dari dua buah juga. Itulah arti dari sepasang. Kiri berikut kanan. Tidak bisa kiri lalu kiri. Begitu juga kanan lalu kanan. Falsafah sepatu, saya dapatkan ilhammnya dari kolom-kolom facebook atau ngobrol ngobrol. Ada satu yang saya pikirkan. Sebuahg kenyataan, dari "pabrik khusus" yang membuat model sandal yang berbeda. Dan ini tentunya suatu contoh yang ngga asing buat orang Endonesa. Karena pabrik ini terkenal sangat, di Pulau tempat liburan yang favorit di Endonesa. Intinya, ini kan suatu contoh dari sandal. Yaitu sandal itu adalah alas kaki yang pemakaiannya tidak formal. Dalam arti, ngga mungkin sekolah yang bonafit, berkelas, apalagi ternama berikut mahal, akan mengijinkan pengajarnya menggunakan sandal. Artinya, sandal tidak termasuk dalam kategori formal. Yang saya dapatkan, sepatu itu ternyata memiliki kepanjagan kata, yaitu SEjalan samPAi TUa. Berhubungan dengan kondisi formal yang juga normal dalam sebuah ikatan dua insan yang berbeda jenis kelamin, yaitu, mulailah dari berpacaran secara resmi, kemudian diikuti kondisi pertunangan, dan kemudian akhirnya pernikahan. Saya mau kembali melihat ketika saya mengatakan kata sepatu. Mungkin dibandingkan dengan sandal, mereka sama sama merupakan alas kaki. Tetapi tempat pemakaian mereka berdua, berbeda, demikian pula dengan modelnya. Kalau soal harga, katakanlah "sandal cantik" pastinya, yang apalagi dibeli di Mall, harganya mahal. Tetapi, tetap saja, sandal. Hanya pada acara yang bisa santai, namun formal bisalah sandal cantik tersebut dipakai. Kenyataannya, tetap saja ketika seorang pengajar ngotot menggunakan sandal untuk masuk ke kelas dan mengajar. Pada hakikatnya, hal ini seharusnya, sama sekali tidak boleh diterima. Bukan masalah harga, tetapi masalah keformalan. Catat, bahwa mungkin seorang pengajar yang menggunakan sepatu dengan harga murah, lebih tampak berwibawa, dibanding ketika dia mengajar menggunakan sandal. Kembali saya ingin mengingatkan, ketika hubungan yang lebih resmi dan tingkatan keintimannya juga meningkat, ada hal-hal dan peraturan yang ternyata harus diubah. Saya baru menyadari ini, namun masih sulit untuk menerapkannya. Sebenarnya ini peraturan yang dibuat oleh manusia sendiri. Dalam hal ini, karena ini BLOG saya, jadinya sudah seharusnya saya memberlakukan peraturan ini dalam hidup saya. Kalau begitu, bagian berikutnya adalah soal tingkatan, level, atau yang namanya disebut sebagai kelas. Menurut pandangan saya, bahwa sejalan dengan level level tersebut, saya mempelajari, suatu hal yang pelik sekali ketika saya mendalami bidang PENDIDIKAN. Ketika saya menggunakan penalaran yang dalam tentang kelas-kelas tersebut, saya mendapatkan ilham untuk mengerti status dalam hubungan dua manusia yang berbeda gender dalam hal keintiman. Pengalaman saya BBD, alias banyak banyak dikit :P artinya saya ngga seperti dua pasangan yang selalu bertemu dan menghabiskan watu bersama sama. Dalam hal ini, kami harus berpisah, karena kondisi yang membuat kami harus mengambil keputusan yang bersikap dewasa. Dan tentu saja, hal ini karena sesuai dengan tujuan kami yaitu untuk mendewasakan diri, maka kami mengharuskan untuk bersikap dewasa dan memiliki perilaku yang juga dewasa. Memang agak menyedihkan, tapi itu hanya mengumbar perasaan, dan tentu saja sama sekali ngga dewasa. Dalam entri entri yang telah saya post-kan, seriiiiing kali saya bersikap sewajarnya karena hidup saya "agak" santai. Tapi saya juga terinspirasi dengan media permainan anak anak jaman sekarang. Yaitu Games On Line atau Games komputer yang berseri, yang tentunya memiliki level. Saya bermain GOL, berbulan bulan. Dari GOL tersebut, saya mengambil kesimpulan. Layaknya orang yang harus telaten untuk bermain, tentunya dikategorikan, bahwa orang tersebut harus, yaaa, mengeluarkan dana untuk pulsa, listrik, dan WAKTU. Sejalan waktu yang berlangsung, hanya orang-orang tertentu yang memang sudah berminat untuk bermain hingga level yang tinggi sehingga banyak yang bisa kemudian dia peroleh. GOL tersebut, mengilhami saya. Bahwa berhubungan dengan tingkat keintiman yang bisa dijalankan dalam sebuah hubungan yang resmi, saya hanya dapat memperoleh HAK setelah melakukan KEWAJIBAN. Keseimbangan HAK dan KEWAJIBAN itu penting. Saya kaitkan juga dengan hal berikut, yaitu REWARD dan PUNISHMENT. Intinya, kalau melakukan kebaikan, kita menerima REWARD, sebaliknya kalau melakukan kesalahan, kita mendapatkan PUNISHMENT. Hal tersebut terjadi sejak kita masuk dalam lingkungan sekolah. Hubungan bisa dilanjutkan kalau selalu ada reward, dan reward tersebut berupa hak, kalau kita melakukan kewajiban. Hubungan yang saya jalankan inginnya saya lanjutkan untuk naik level, dan untuk melaksanakan hal ini, diikuti dengan kersetiaan dan juga tentunya ada PENGORBANAN. Dan bentuk pengorbanan itu berbeda-beda. Salah satunya tentunya hidup yang agak tidak normal yang saya alami. Yaitu terpisah jarak dan waktu seperti ini. Tapi yang mau saya tambahkan, pengorbanan tersebut memang merupakan salah satu bentuk pelayanan. Hal ini menunjukkan dan membuktikan bahwa ada kekuatan dalam eratnya hubungan tersebut. Semoga, sejalan dengan umur yang telah saya raih, dan penempatan diri saya, berikut tentunya pengalaman, saya bisa meningkatkan level hubungan saya dengan pasangan, tentunya dan juga etos kerja, berikut kedewasaan. Baik kedewasaan iman, yaitu kepercayaan akan pasangan, juga kedewasaan dalam menempatkan diri, dan juga kedewasaan menjalankan hidup. Karena kalau kedewasaan mengambil keputusan, hal ini sudah terjadi di depan. Semoga membangun, dan menginspirasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar