Rabu, 26 Oktober 2011

Tuhan selalu memberi yang terbaik? coba baca lagi

Judul diatas kalau diterjemehkan, dan sesuai dengan apa yang mau saya tulis, artinya dalam bahasa JAWIR adalah, God is Good all the time? Spell it again. Yah, eja lagi. Dan bisa juga, cobalah untuk mengatakannya sekali lagi. Saya pernah di*bully* dan beberapa kali juga tulisan saya jadi rada *horor*. Mungkin loh. Tapi kenyataannya, sering kali apa yang sudah saya tulis akan membuat saya merenung. Memikirkan kembali kata kata yang sudah keluar ato ter*publish*di blog saya ini. Saya mengalami banyak hal selama 33 tahun ini. Wadhoh. Angka bagus gag see? Gini loh. Tuhan itu baik. Yaiyalah. Tapi satu hal dari sudut pandang saya, saya pernah berpikir, yang merupakan perwujudan Tuhan itu siapa saja yah? Keluarga? Seperti orang tua saya gitu? Ato teman? Ato yang umurnya lebih dari saya? Ato mereka yang lebih pandai? Ato mereka yang secara fisik lebih dari kita? Ato mereka yang empunyai kekayaan lebih dari kita? Ato jabatan yang lebih tinggi dari kita? Siapa sih yang layak kita sembah? Kok bisa bisanya kita menyembah oknum yang kita nyatakan Wuah banget. Ya berkuasa, ya apalah apalah. Begitu? Tapi kenyataannya kok kita menyembah yang begitu jauh banget yah? Saya yah misalnya, ibadah setiap hari tertentu. Dengan tujuan memuji Tuhan, mendengarkan firman, dan tapinya Tuhan yang saya datengin itu siapa? Wujudnya bagaimana? Timbul pertanyaan. Kok menyembah yang ngga tau juntrungannya. Rutin pulak. Saya berpikir. Dari satu dua tiga lagu, dari satu dua tiga firman. Saya mengambil kesimpulan sendiri. Tuhan itu yang disekeliling kita. Yang mengerti kita. Yang menyayangi kita. Tapi siapa? Untuk menjawab itu, perlu riset lama. Ngga penting. Njelimet pulak. Gini loh. Saya seharusnya menghormati orang yang ada disekitar kita. Meletakkan mereka lebih dari kita. Menghargai pemikiran mereka. Menghargai pula usaha mereka. Tadi yang saya sebut bener semua. Tapi ada satu kerendahan diri yang harus saya miliki. Memberi jalan bagi orang yang membutuhkan. Saya pernah berpikir. Tuhan itu selalu yang baik adanya? Hemm. Perlu diteliti ulang. Kadang kalau sebuah pisau harus diasah, alat pengasahnya kan kuwasarnya kayak apa coba. Sakit loh jadi pisau itu. Tapi kalau ngga diasah, ngga kepake. Pengasahnya juga guwalak banget kali yah. Sampe bunyi segala loh. Hiiih. Seyem. Tapi untuk kebaikan pisau tersebut. Andaikata pengasah itu ngga ada, *hem say bicara di koridor pengasahnya adalah asahan pisau muter yang dibonceng abang abang lewat depan itu loh*. Kalau, pengasahnya ngga ada. Mau diapain? Pisaunya tumpul dan ngga berguna. Yang saya mau bilang. Ada kecenderungan orang yang bicara bahwa Tuhan itu selalu yang baik baikkkk saja. Mungkin, buat saya ketika saya lagi capek. Iya. Capek karena lagi malas. Malas dan lagi sakit hati. Mungkin loh. Tapi bener juga kan. Tapi kalau sudah sehat lagi. Yah asah lagi lah. Saya sering bilang sama murit saya. Kamu sebagai pelajar, tugas kamu yah belajar. Saya pekerja, tugas saya yah bekerja. Dua duanya dengan embel embel, dan catatan, dengan baik. Yah pelajar yang baik dan pekerja yang baik. Yaitu, tugasnya belajar dengan baik. Dan bekerja dengan baik. Udah. Dan lakukan tugasmu sebaik baiknya. Masa, kalo dikasih tugas yang banyak, ngga senang hati menerimanya. Lhah. Kan buat latihan. Biar makin mahir. Itu kalo koridor pelajar. Kalo koridor pekerja, yah diasah lagi. Tugas kamu melayani pelanggan dan taat pada atasan. Udah. Nothing else. Nah. Kalo dengan judul diatas, yah begini lah. Tuhan itu akan memberi ganjaran, buat mereka yang layak. Tuhan akan memeberi dukungan, buat mereka yang membutuhkan. Tuhan akan mencukupi buat mereka yang telah berusaha. Tuhan akan memberi cambuk buat yang malas. Wuah masih banyak lagi. Gini loh yah. Toh orang bekerja itu gajinya akhir bulan. Kerja dulu. Mikir hasil nanti. Kalau bekerja sebaik mungkin, hasilnya pasti bagus. Pasti. Percaya deh. Ayo. Ciayoo. Do the best and God will do the rest. Bukan rest yang artinya istirahat loh. Ya kan? Tapi sisanya. Lakukan yang terbaik, biar Tuhan liat apa yang bisa Dia beri buat hambanya.

Selasa, 25 Oktober 2011

Nice job and Great one

This story ever told to many of my students and many times has done. But I don't mind to tell it again to you. Years ago, by the time of my graduation day from hi-school, I have planned to continue to join architectural faculty. Or as my wish to gain much money, then I want to become a doctor. I really belief that I will help myself to make money for me and soon perhaps my family, by working hard. If only I am not lazy and keep on working, I can reach my dreams and my goal to become...one of rich female that perhaps can support many people who need my help. Xixixixi. By the way, I don't know which good collage can offer me good standard of lecturing, which someday can make me become a good qualification of an architect. Or perhaps a doctor. But then, my momma say. You go to AJ university. Previously, I only buy 2 forms from 2 different university. One is the form on which I had graduated right now, and the other hand, a university that close to my neighbour, that now has dissapeared. It wasn't there anymore. Don't ask me why. I just do not know. In the AJ univ. I bought 2 different course and one is Teching English, while the other hand is Economy Faculty. For the shake of God's will, then I had just only taken the first major, and never taken diagnostic test or placement test from the other faculty. The next is, I have to be happy and satisfied with my mom's choice. The first term I got flying score. I was very pleased. The second term, I thought I can raise my score to be better, but it wasn't. Then there you go, I started to motivate myself to study harder to reach better scores. But what do I gain? I go down, and hard to be better. There is too many activities that I join, and makes me enjoy the glory of being seniorita. Well. In the other hand, i got a traffic jam on getting graduation right on time. It was a dissasterous thing. And makes me build a hard dilema. I thought I will never graduate or even never become rich. As well as I saith, that I wanna gain much money. Hhmmm. By the way, the time flies, and, I had learnt from anything, that everything should be by the granted from above. Many times I don't wanna quit. I have to. I must. If I still can do something, I am spiritted. I can. I will. Owuo. I have tons of word to make myself work out and motivated. But what I got is always the vice versa. Only some of the time I can realize how my work has been manipulated. But heydey. I am still who I am now. I say to my students that you should not be a quitter. Believe in yourself and in your plan. God speed. Nothing else I can say, because I believe. This is not the end of the world. I am not finish this yet. I still have some power to work on myself to be spirited. Even though I don't have bullet to kill my rival, or log to make a hole on the wall. I thank God. He will watch me over. It is just belief to make me survive. In the day that I still take my breath and do my activity routinely, I thank God, this is might not my choice. But I feel Happy and satisfied.

Senin, 24 Oktober 2011

dosakah? atau dos-a dosaqua?

Sore ini kelas berakhir seperti biasa. Kesibukan yang lalu lalang dengan lewatnya waktu, semua berakhir begitu saja. Setelah menutup pintu kantor, dua murit yang sudah lama 'bertengger' di sekolah kami, mengayunkan tangan seraya mengajak saya dari cafe seberang. Tak lama, setelah memesan makanan, itu pun saya dapet gretongan. Xixixixixixixi. Tx D-I. Saya bercerita cukup detail tentang pengalaman saya yang masih saya ingat tentang... waaa. Namanya juga cewek. Ngga ngobral ngobrol ngga saya namanya. Saya pulang menenteng sebuah kantong plastik berisi sup krim berlapis roti yang masih hott. Panas Bok!! Ditengah kericuhan mengurusi 'ternak' dan mandi malam, saya teringat kata kata wejangan. Wejangan yang saya dapat bisa dari mana saja. Ada yang dari oknum peribadahan, ada yang dari teman teman yang mungkinbisa kontroversi bahkan bisa jadi konspirasi. Betapa sejak saya tahu nilai sebuah uang, ortu saya langsung mengajarkan, bahwa begitu bernilainya uang itu, maka sulit didapatnya uang itu. Keadaan mengkondisikan, bahwa saya ngga mungkin mendapatkan segala sesuatu yang bernilai dengan tangan hampa. Semakin bernilainya sesuatu maka semakin tinggi nilainya maka semakin sulit didapat. Kepolosan saja tidak memadai untuk mendapatkan hal yang berharga. Semua di muka bumi ini ada nilainya. Saya teringat ketika saya mulai menginginkan sesuatu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah. Saya iri sekali melihat seorang anak mengendarai speda. Saya juga menginginkan speda seperti anak itu. Sayangnya, lagi lagi orang tua saya ingin mengajarkan saya sesuatu. Ya kamu bisa mendapatkan sepeda, bahkan mungkin lebih baik kondisinya dari sepeda anak itu, tapi dengan syarat. Waktu itu saya seorang anak kecil yang lumayan BODOH. Alias, sirik itu masih terpendam, belum mengenal KASIH yang sesungguhnya. Belum mengenal WELAS ASIH yang sesungguhnya. Belum mengenal banyak hal. Alibinya adalah, saya masih anak kecil yang 'ngiler' dan 'mupeng' abis ngeliat *peers* nya punya sepeda. Ndilalah, syarat yang diberikan ibu saya dan ayah saya, adalah, saya harus rangking 1 dulu di sekolah. Baru dibelikan hadiah sepeda. Setahun berlalu, dan saya sampai akhirnya mengendarai sepeda Roland, warna hitam yang kemudian ditambahi embel embel du roda samping. Saya sampai sekarang masih merema dalam hidup saya. Kalau saya mau, sungguh sungguh, dan tekun, apa sih yang ngga bisa saya dapatkan. Yah memang, semuanya bergantung sama yang diatas. Kalau yang diatas berkata ya, belum tentu kita dapetin angin. Heheheh. Kalau kita dapet angin pun, belum tentu angin itu angin kentut. Yaa, sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan. Ngga ada yang gratis. Semua harus ada jerih payahnya. Semua ada tujuannya. Ketika kita dewasa, semakin banyak yang kita inginkan. Semakin banyak kebutuhan kita. Dan yang kita kerjakan juga, waaa bertumpuk. Itupun kalau memang kita mau meraih cita cita. Ngga ada hujan uang. Yah, kalau saya menciptakan sendiri, alias ketika tanggal gajian datang, dan saya menebar uang di kamar saya, itu lain halnya. Tapi yang saya maksud, semakin dewasa, kita semakin tahu, akan nilai sesuatu. Sebagaimana kita menginginkan, dan sepatuh apa kita pada diri sendiri agar cita cita kita tercapai. Penah, dikelas saya, saya menjelaskan demikian. Mungkin kita akan menginginkan untuk mencapai nilai 10. Tapi yang bisa kita raih hanya sampai nilai 6. Sudah yang terbaik Miss, yang aku kerjakan. Tapi beberapa tahun kemudian, karena kita udah enjoy dengan kehidupan dan pekerjaan. Yah, nilai 6 itu bahkan berubah drastis menjadi 13, atau bahkan 20. Bukan nilai atau cost dalam nilai ulangan yang saya maksud. Tapi, nilai atau besaran tentang harga sebuah kehidupan. Yang saya maksud adalah nilai prestasi pribadi. Bahwa kalau kita bawa enjoy, bawa senang, bawa gembira. Tentunya nilai itu akan semakin menjulang tinggi tanpa kita rasakan. Satu hal lagi. Ketika saya mengajarkan kepada orang lain, saya menambah ilmu, saya menjadi motivator bagi murit saya, misalnya, tapi sesungguhnya, saya memotivasi semangat saya sendiri. Terlebih dari memotivasi murit saya. Heheheeh. Karena saya akan pegang yang saya keluarkan dari mulut. Lhah. Gimana enggak. Berapa orang yang mendengar saya. Apa mereka akan diam begitu saja? Mereka mendengar, dan akan menyambungkan ke orang lain. Eh Miss ku bilang gini loh. Eh Miss ku bilang gitu loh. Nah. Gimana? Bennar kan? Btw, saya enjoy dengan kesibukan saya. Dan dengan banyaknya beban yang saya panggul, saya menjadi SESEORANG!! Yah, banyak yang telah saya katakan, banyak pula yang sudah saya lakukan. Semoga bermanfaat. Kata *pepetah* lakukan saja, jerih payahmu tidak sia sia. Tapi seberapa yang telah kamu terima? Pelajaran apa yang telah kamu dapatkan? Lakukan dengan tekun, catatlah kalau bisa, bijaksanalah, dan masih banyak kata kata klise yang pastinya pernah kamu dengar. Percaya deh. Tuhan yang ditempat tersembunyi melihat. Tapi ngomong ngomong, sama judul diatas, saya tuh mau cerita, saya kangenin pria di masa lalu, dan nyuri poto aplotan dia dari pesbuknya, dan sudah saya jadikan wallpaper tablet saya. Ganti ganti pulak karena seringnya mengunjungi pesbuk dia. Xixixixixi. Mestinya gimana yah? Rahasia perjalanan hubungan kami sih sudah diketahui beberapa pihak. Tapi kami belum menemukan jalan keluar. Lagi lagi. Kalo gag ada yang gretongan. Saya dosa gag sama murit saya dan terutama sama ya potonya saya kopi. Hihihi. Hakimilah saya. Ahahahahahahahahahha

24102011

Any mistakes could be happend. As I saith from the beginning, that it supposed to be Live, that could be beautiful in the eyes of asimple one. Well I saith, love did. Actually, there is a similarity about love and live. The different could be only as a mispelled of the letter *i* and *o*. Anyhow, perhpas only some realize this things. Love if I had seen all of this time, is almost alike live for instance. Just a lil miscapitalized of letter. I ever thought that perhaps that is also what happend to the differences between male and female. We are two different human or gender. But we are same in most of the actions and reactions. I wanna talk about things going on today in my office. A misunderstanding, happens several times. Again and again, the combinations of communication should be maintained as well as the production of way of working. There might be nothing between the things I mentioned up there, but I wanna say, understanding, purity, and low profile, should work out during the communications along in any where. Thingking of who am I, is not all. But we are all one, and should not separated, should be the first come along in our heart and our thought. Somehow, we are all become one body in working area. In my believe of background, I feel how this importance work out. We need each other as we have to cooperate each other as well. I need my colleague's existance. While of course, she needs me and my existance too. Understanding and loyalty, and of course, a well being of manner and frightened to the existance of the head of the main character, like Boss. Or I may say the BB. Big Boss. It helps a lot. Once I heard a story, five fingers ever saith, about whose existance is the best among them. And what is the result? They need themselves and all the existances of their member by themselves. Which is they will be reluctant to do things well, and they will be handicaped, if they were only one or, there is a missing member of them. Work out together, and loyalty to work well as to serve well, and low profile, of who they are, who you are, and please, all of us is a member of the part of the body, which need one to each other as well.

Minggu, 23 Oktober 2011

Pekerjaan Seorang ___ Sejati

Bagi saya, akhir akhir ini, bukan ketika di tempat kerja yang sesungguhnya saja. Minggu, walaupun libur, saya ngga ongkang kaki dan goyang sandal saja. Sepulang ibadah pagi, saya membiasakan diri ke pasar terdekat, untuk berbelanja kebutuhan makan seminggu kedepan. Seperti lauk pauk mentah berikut bumbu yang nantinya akan diolah. Sebenarnya, hal yang simpel adalah, saya sedang dalam pengiritan yang luar biasa. Membengkaknya sang Tazmania Koneng di dompet adalah penyebab utamanya. Lha. Penghasilan seseorang abdi seperti saya ini, mana cukup sih mengongkosi sang segawon ajaib itu. Ndilalah, yah ini yang harus saya lakukan.
Ketelatenan seseorang yang sedang dalam proses, bisa membuat saya menjadi mawas diri, tekun, dan tunduk pada peraturan yang sudah saya buat sendiri. Saya abdi, guru pulak. Jalan keluarnya ya mengikat pinggang serampingnya. Namun tetap pada koridor yang baik. Memberi contoh untuk hidup bijaksana, dan mengajarkan ketekunan.
Sauh itu lambang pengharapan. Jadi, tanpa sauh, sebuah kapal dapat 'ucul' dengan mudahnya, bahkan entah terbawa arus yang tidak benar.
Yang benar ditiru, yang salah dibuang. Tekun. Fokus. Dewasa. Bijaksana.

Sabtu, 22 Oktober 2011

coffee and experiment

One of my fave drink is coffee. Especially Latte. The hot one. And small piece. Usually, it doesn't cost much, and I still can consume milk. One of my fave is here in. The Coffee Bean and Tea Leaf. Nice. And the taste of milk, awesome. It serve some wifi too. So I still can enjoy my writing, alike now. I don't pretty like machiato or espresso. They bitter and sour. 100% expressing the taste of dark coffee. Not pretty cost. But not pretty nice. Better to think something else more important. Than wasting time thinking about something unspecial things. So I firmed myself. That the time of darkness will dissapear, yet the time of brightness will come arrive. Yippey. I love this word.